Batu yang Sobek
Sinar selalu terpancar
Pagi,siang,sore, kadang malam pun
meskin pudar
Ada yang tak pernah terkira
Mengira apa yang tak pernah ada
Memapah tungkai dari ketersakitan
Menompang dahan dari keterjatuhan
Mengibah pada perindu penerangan
Lembut selalu teraba
Teraba oleh rasa oleh indra
Ada yang meninggikan
Menjatuhkan pun secara perlahan
Ada, memang ada
Keadaan itu juga semakin membuat
ketiadaan
Terang tapi menakutkan
Nyata,memang nyata
Di garis namun tak juga lurus
Di urus tapi semakin kurus
Omong kosong meskipun ada
Buang saja agar tak sia-sia
Untuk apa sinar jika tak menuntun
asa
Untuk apa lembut jika tak menjaga
Bakar saja....
Buang saja...
Karena sinar dan lembut itu hanya
goresan usang
Hanya busahan mulut yang
jalang...
Tak ada...bukan ada
Menompang merasa senang
Meninggi merasa suci
Tak merasa
Ini bukan saatnya kertas yang
sobek
Tapi kini..
Batu yang bisa sobek..
Kau sadari itu...
Dan ratapi setelah batu sobek
lagi
Sesali pada kami
Dan kami tak akan peduli
Sebelum kau ganti batu itu
Dengan hijau rimbunan perdu