Kamis, 15 Mei 2014

"Tisu" dan "Agen penyelamat Bumi"

Tisu
Iseng tapi semoga bermanfa’at J
Sejak kemarin hidung saya tak henti-hentinya mengeluarkan cairan putih yang bikin pusing kepala. Yupz,, nikmat “flu” meskipun sepele ternyata luar biasa menyiksa. Bikin suasana hening jadi berisik ga karuan karna hidung kita terus menerus berisik, bahkan sesekali bersin. Kacaunya lagi, terkadang beberapa orang melirik risih melihat kita karna mendengar bunyi “kurang enak” dari kita. Well, meskipun sebenarnya saya yakin temen-temen semua pernah mengalami sakit yang satu ini. Apalagi di saat perubahan musim seperti ini. So, yuk,,,jaga kesehatan sebelum akhirnya punya hidung yang terus-menerus mengalirkan cairan dan membuat kepala pusing.
Oppss,, saya pikir, saya tak akan cuap-cuap banyak tentang “flu” saya akan lebih fokus terhadap tisu nya. Why? Ok,,kebanyakan orang termasuk saya ketika flu biasanya membutuhkan tisu. Saat SD-SMP saya lebih biasa pake sapu tangan, tapi entah kenapa sejak SMA sampai sekarang saya malah lebih “comfort” menggunakan tisu.
Tapi, baru tadi saya tersadarkan dan merasa tertampar, entah kenapa saat melewati taman kampus menuju perpustakaan pusat, pikiran saya tertuju pada pohon-pohon yang berjejer indah dan rapi. Ok., dan anehnya lagi saya terbesit kalimat yang entah kapan pernah saya baca “ Orang Bule itu bener-bener ga cinta bumi, masa nebang jutaan pohon Cuma buat bikin tisu yang dipake ngebersihin diri dari BAK dan BAB” kurang lebih yang saya ingat seperti itu. Lalu, saya melirik ke tisu yang saya genggam, lantas apa bedanya saya dengan sang bule tadi kalo saya juga secara tidak langsung menebang pohon hanya sebagai tempat pembuangan cairan memusingkan dari hidung”..#ngerasa bersalah deh..
Lantas, saya melirik ke kantin. Aduuh, bahkan selama ini kita merasa butuh banget sama tisu saat selesai makan di kantin. Padahal, betapa bijaknya kalo kita bersedia membawa sapu tangan kemana-mana. Bahkan, ternyata lebih irit karena ternyata bisa dicuci lalu dipake lagi.
Ok,, saya jadi penasaran tentang kaitan tisu dengan kecintaan kita terhadap bumi,, sampai di perpustakaan saya langsung mencari info nya,, dan taraaaaaa.......... saya menemukan ini.. semoga menambah khasanah pengetahuan kita J


Siapa yang tidak mengenal tisu? Kertas tipis yang ada di tas dari setiap perempuan bahkan di toilet anda. Di Indonesia semua restoran sampai warung harus menyiapkan tissue, jika tidak kita akan beranggapan servisnya payah. Kalaupun ada pilihan antara pengering elektrik atau tissue, kita akan lebih memilih tissue. Selama ini kita berpikir  tisu lebih efisien. Sekali pakai langsung buang. Sehingga dapat dijumpai di semua tempat sampah pasti penuh dengan tisu sekali pakai langsung buang. Akan tetapi taukah anda tisu terbuat dari apa?
Tisu terbuat dari serat kayu yang berdaun jarum atau pinus atau yang memiliki serat kayu pamjang. Proses pembuatan kertas, termasuk pembuatan tisu, membutuhkan tekhnik chipping (memotong-motong menjadi irisan tipis), grounding (meratakan permukaan), pressing (memadatkan), drying (mengeringkan) and chlorine bleaching wood (pemutihan kayu dengan klorin). Proses pemutihan menggunakan klorin dan merkuri, yang berbahaya bagi manusia serta lingkungan disekitar Anda.
Dan taukah anda, 27.000 pohon di planet ini dibuat menjadi kertas-kertas termasuk kertas tisu setiap hari. Padahal setelah digunakan, kertas tisu tidak dapat didaur ulang lagi. Pohon-pohon yang terus ditebang dalam jumlah besar setiap harinya ini, tidak mungkin dapat diimbangi dengan pertumbuhan pohon yang membutuhkan bertahun-tahun untuk  tumbuh menjadi pohon-pohon siap tebang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi kertas, banyak hutan-hutan yang menjadi paru-paru dunia berubah menjadi hutan-hutan pertanian. Hutan-hutan ini hanya memiliki satu jenis pohon. Hal ini akan berefek negatif untuk kelangsungan berbagai hewan yang hidup di hutan yang membutuhkan keanekaragaman spesies tanaman.  Hal ini jelas akan mengganggu ekosistem.
Selain berefek negatif bagi ekosistem, dengan menggunakan kertas tissue berarti kita juga bertanggung jawab pada kerusakan lingkungan, karena bahan baku kertas tissue berasal dari pohon. Sedang sebatang pohon butuh bertahun-tahun untuk  siap ditebang dan diolah lagi. Dengan demikian pula berarti kita juga bertanggung jawab pada terjadinya krisis oksigen dan air, karena fungsi alami pohon adalah sebagai penghasil oksigen sekaligus juga sebagai penyerap air. Maka secara otomatis kita juga bertanggung jawab atas global warming yang terjadi saat ini.
Selain itu, dari segi ekonomis pemakaian tisu juga sangat boros. Pemakaian tisu sekarang ini sudah tidak terkontrol, karena rata-rata 1 orang menggunakan lebih dari 1 lembar tissue untuk sekedar mengeringkan tangan mereka. Padahal kita dapat memakai sapu tangan daripada kertas tisu. Selain itu untuk restoran atau hotel sebaiknya mulai menggunakan pengering elektrik dibanding dengan menyediakan kertas tisu. Karena penggunaan pengering elektrik lebih  ekonomis dibandingkan dengan  tissue.  Apalagi pengering elektrik itu sebenarnya sangat sederhana karena hanya terdiri dari koil, fan dan switch elektrik, tidak memerlukan banyak perawatan, dan bisa tahan sampai 7 tahun. Jadi setelah pemasangan, pengering elektrik sudah tidak memerlukan pengeluaran lainnya selain listrik yang digunakan.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka  cara untuk kita berkontribusi pada Mother Earth’ s  yaitu:
  • Gunakan tisu toilet dan kertas tisu secukupnya sesuai dengan kebutuhan,
  • Gunakan saputangan sebagai pengganti tisu,
  • Lebih baik gunakan pengering elektrik untuk mengeringkan tangan (dan jangan gunakan tisu setelahnya!). Biasanya pengering elektrik mampu digunakan lebih dari 7 tahun.
Jadi berfikirlah tentang keuntungan ekonomisnya bagi kita maupun bagi anak cucu kita kelak, bandingkan dengan penggunaan tisu yang tentunya berdampak negatif bagi kita semua. Mungkin tidak sekarang kita rasakan dampaknya, tapi 5 tahun yang akan datang Anda akan merasakan dampak buruk penggunaan tisu tersebut.

Tuh kan,, terbukti ga bijak pemakaian tisu *sambil melirik ke tisu yang ada di samping laptop saya. Mungkin setelah ini saya akan membeli saputangan dan tidak menggunakan tisu lagi kecuali “kepepet” banget. Yu, kita coba dari hal kecil, sederhana tapi bermakna. Lets save our earth J. Agen geografi, agen penyelamat bumi J


Selasa, 13 Mei 2014

SEMALANG

Kuncup diujung sana mengerdip
Angin perlahan menggugurkan daun
Indah
Bagi mata yang menyaksikan

Sayang, tapi kosong
Tak ada bayangan itu dimata
Sayang, tak ada arti
Tak ada pantulan dalam otak
Karna si pemilik
Merasa raga sedang pisah
Nyawanya melayang
Melayang jauh
Jauh ke Malang
Kota yang membuat dia malang.

Semarang,27 Januari 2014