BISA
JADI
Hamparan
rumput hijau didepanku seolah tersenyum menghiburku. Aku hanya duduk terdiam
dengan angan entah kemana menatap kosong ke rumput itu. Nyanyian burung pipit
di pohon yang berjajar rapi disetiap sudut lapangan seolah dengan senang hati
menjadi soundtrack atas posisi duduku
di salah satu bangku sudut lapangan.
Detik ini, aku menggigit bibir dengan keras, menahan agar air mata tak mengalir
dipipiku. Aku katakan bahwa aku bisa menjalani semua ini. Saat mata ini mencoba
memandang ke atas, ke langit biru yang terhampar tiba-tiba aku teringat
peristiwa satu minggu lalu. Peristiwa yang persis sama terjadi di tempat ini.
“Ra,
liat deh capung-capung yang terbang di sekitar lapangan ini!, banyak banget ya?” Pipin dengan matanya yang
antusias dan berbinar bertanya padaku. Pertanyaan yang dia sendiri sudah
mengetahui jawabannya.
“Apaan
sih, udah gede masih aja tanya mana yang banyak mana yang sedikit”, jawabku
sambil mencibir. Namun, mata tak dapat berhenti melihat pesona capung yang
beterbangan.
“Kamu
tau ga ra? Banyaknya capung kan menandakan kalau tempat tersebut masih asri”,
Pipin berkata serius sambil membenarkan posisi duduknya, dan menoleh penuh
arti.
“Hei,
itu kata-kataku kemarin tauuuu!” Aku gemas dan mencubit pipinya.Kami berdua
tertawa.
Ah,
langit yang kutatap tiba-tiba tak lagi biru karena awan bergerak menutupinya.
Aku tersadar itu hanya cerita satu minggu yang lalu. Hari ini, tak ada lagi
canda tawa itu. Kami tak lagi bersama.
Aku
beranjak pergi meninggalkan bangku disudut lapangan. Meninggalkan capung yang
sedang menari indah diatas hijaunya rumput. Menyusuri jalan setapak koridor
kampus, lalu berdiri tegak saat harus menunggu angkutan umum dipinggir jalan.
Tak lama lagi adzan magrib berkumandang, hari memang semakin petang dan
angkutan umum yang kutunggu tak kunjung tiba. Pandanganku tiba-tiba tertuju
pada dua orang mahasiswi yang sedang berjalan sambil bercanda. Aku langsung
teringat Pipin.
“Pin,
ada satu rahasia besar yang akan kuberi tahu padamu”, suatu sore di kamar kos
ku,aku berkata dengan nada begitu rendah dan tatapan serius.
“Apaan
sih ra? Seorang Tiara punya rahasia? Haha...kayaknya ga mungkin deh! Pipin malah mengajaku bercanda.
“Tau
ah, sulit ngomong sama kamu” Aku cemberut menyambut gurauan Pipin.
Pipin
malah tertawa lepas dan akhirnya menatap serius padaku. Mengambil posisi duduk
yang nyaman. Benar-benar memperhatikanku dan ekspresinya menunjukan bahwa dia
siap mendengar apa yang akan aku utarakan.
Sore
itu mulutku lancar berbicara suatu rahasia kepada Pipin. Dia sudah kuminta
tidak berkomentar sampai apa yang aku ceritakan selesai. Saat itu, aku tahu
Pipin ingin sekali memotong kalimatku dan bertanya banyak hal. Namun apa daya,
dia sudah terikat perjanjian denganku.
Aku
sukses mengakhiri apa yang aku ceritakan. Pipin tertegun menatapku tak percaya.
Dia memelukku sambil berlinangan air mata. Aku? Aku tak menangis sedikitpun.
Aku terlalu sulit untuk menangis. Entah bingung apa yang mesti kutangisi atau bingung
karena air mataku sudah habis terkuras sejak kecil.
Pipin
melepaskan pelupakannya dan mulai membuka mulut.
“Ra,
aku kira hal seperti itu hanya terjadi dalam film” dia menghela nafas sebelum
akhirnya melanjutkan kalimatnya, “Yah, seperti dalam film 3 idiots misalnya!” Pipin menyebut salah satu judul film india yang
membuat aku tersenyum saat mendengarnya.
Aku
ingat persis peristiwa itu. Sore itu aku mengutarakan rahasia besar dalam
hidupku. Pipin satu-satunya orang yang tahu rahasia tentang hal itu di kampus
bahkan kota ini. Dua mahasiswi yang sedang kutatap dari jauh tadi telah
berjalan melewatiku yang masih setia menunggu angkutan umum. Mereka tersenyum
saat melewatiku. Tersenyum ramah, meskipun sebenarnya mereka tahu dari tadi aku
menatap dan memperhatikan mereka.
Angkutan
umum yang kunanti akhirnya menampakan diri, membawaku pulang menuju kos yang
sengaja kupilih berjarak jauh dari kampus tempatku menuntut ilmu. Dari kaca angkot aku menatap jelas gedung
rektorat. Besok pagi, aku harus ke gedung itu memenuhi surat panggilan Pembantu
Rektor bidang kemahasiswaan. Dan terhitung beberapa hari dari sekarang aku akan
meninggalkan kampus dan kota ini.
(terpotong dul;u yaaa... :D)