1. Museum
Karst
Salah satu miniatur karst yang ada di museum karst
a. Kondisi fisik di sekitar museum karst indonesia
Terletak
di Desa Gebangharjo,Kecamatan Pracimantoro,Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km
timur Kota Wonosari dan 60 km barat Pacitan.Lokasi tersebut mudah dicapai baik
dari Yogyakarta,Jawa Tengah maupun Jawa Timur.Kondisi fisik kawasan Museum Karst
Indonesia mempunyai luas 24,6 HA yang membentuk lembah di antara bukit-bukit
Kars yang dikelilingi oleh beberapa situs gua dan luweng,yaitu :
GUA
TEMBUS
Goa
Tembus memiliki lorong sepanjang 50 meter. Gua ini memiliki dua pintu, yakni
pintu masuk dan pintu keluar maka disebut ‘Gua Tembus’. Menurut cerita rakyat
setempat, goa ini termasuk tempat sakral dan mistis. RM Said mengawali
perjuangan mendirikan dinasti Mangkunegaran justru dari Bumi Nglaroh (Desa Pule
Kecamatan Selogiri) pada tanggal 19 Mei 1741. Nah, Beliau pernah berkelana dan
bersemedi di Goa Tembus ini.
GUA
SODONG
Gua ini
letaknya 100 meter di sebelah barat Museum Karst. Bagian depan berbentuk
seperti teras rumah maka disebut ‘Sodong’. Gua ini merupakan bukti adanya
sungai bawah tanah, salah satu ciri kawasan karst. Para ilmuwan dari luar
negeri dan UGM Jogjakarta pernah menelusuri lorong gua sepanjang 4,5 km ini.
Konon, lorong gua ini sampai di pantai Laut Selatan. Di dalam gua ditemukan
beraneka stalaktit dan stalakmit yang luar biasa indahnya. Gua ini cocok untuk
wisata penjelajahan alam, namun harus dengan membawa perlengkapan lengkap.
Maklum. gua ini sangat licin, gelap, dan di dalamnya masih terdapat binatang
buas. Anda harus berhati-hati!
GUA
GILAP
Gua
Gilap berada di Dusun Danggolo Desa Gebangharjo. Lokasi gua ini dari Gua Tembus
berjarak 2 Km ke arah selatan. Bentuknya melingkar seperti stadion terbuka
dengan dinding batuan karst. Lebar permukaan gua sekitar 150 meter dan
kedalaman gua 75 meter dari permukaan darat. Kalau dilihat dari atas, gua ini
sepintas seperti stadion di bawah tanah. Tempat ini sangat cocok untuk lokasi
panjat tebing bagi para pecinta alam. Karena pemandangannya yang bagus,
penduduk Gebangharjo pernah memanfaatkan Gua Gilap untuk tempat pentas seni
kethoprak dan seni srandul.
GUA
POTRO/BUNDER
Gua
Potro dan Gua Bunder terletak 700 meter arah barat daya dari Gua Tembus. Semula
kedua gua itu sebenarnya terpisah. Penggalian batu lintang di dalam gua oleh
penduduk menyebabkan gua-gua itu rusak. Gua Potro yang sebenarnya berada di
sebelah timur Gua Bunder, kini kedua lorong gua itu tembus menjadi satu. Nama
Gua Potro berkait dengan nama tokoh Wonopotro yang dimakamkan di dalam gua itu.
Sementara itu, nama Gua Bunder diambil dari bentuk gua yang bulat atau bundar
(Jawa: bunder). Kedua gua ini sering digunakan untuk meditasi kalangan tertentu
yang gemar bertapa.
GUA/LUWENG
SAPEN
Gua
Sapen berbentuk seperti sumur alam (Jawa: luweng). Letaknya dari Gua Tembus
berjarak 0,5 Km ke arah selatan. Kedalaman Gua Sapen 48 meter dari permukaan
tanah. Dahulu penduduk memakai tambang untuk memasuki gua. Setelah dibangun
oleh pemerintah pada tahun 2005, kini pengunjung bisa masuk gua dengan
menggunakan tangga dari besi. Menurut cerita Petrus Sutarno, asal-usul nama Gua
Sapen masih berkaitan dengan perjalanan Gusti Rio alias Raden Mas Said untuk
mencari tiga putri keraton bernama Raden Ayu Nawangsari, Nawangsih, dan Nawang
Wulan. Dalam pengembaraannya, dia juga singgah di lokasi Gua Sapen yang berada
di Mudal, Gebangharjo. Pada saat itu Raden Mas Said merasa sangat kesepian
karena belum bisa bertemu dengan ketiga putri yang dicarinya. Beliau bersabda,
bahwa tempat itu dinamakan Alas Sapen. Pada tahun 2005 pemerintah pusat melalui
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral membangun sarana air bersih dengan
memanfaatkan sumber air Luweng Sapen. Sarana itu dilengkapi generator listrik,
pompa selam, tangki air, pipa-pipa, dan tangga besi. Kini sumber air itu bisa
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar dan melayani kebutuhan air bersih penduduk
Dusun Mudal, Dusun Danggolo, dan Dusun Jati.
GUA
MRICA
Gua
Mrica berada sekitar 200 meter di sebelah barat Gua Tembus dan hanya berjarak
100 meter sebelah utara Gua Sodong. Gua ini berbentuk bulat seperti buah mrica atau
lada. Penduduk setempat memiliki filsafat, barangsiapa memiliki keinginan
hendaknya dilandasi oleh tekad yang bulat bulat. Syaratnya, badan dan hati
harus bersih. Dahulu gua ini sering digunakan untuk bertapa dan meraih
kedigdayaan.
b.
Kondisi
Sosial Museum Karst
Adanya
Museum Karst tidak terlalu berpengaruh besar secara ekonomi untuk warga
sekitar, karena merupakan tempat wisata pendidikan. Namun, untuk menyadarkan
penduduk agar peduli terhadap Karst, museum ini sangat berperan penting dengan program-programnya
terhadap penduduk sekitar.
c.
Hubungan
Kondisi Fisik Dengan Kondisi Sosial Di Sekitar Museum Karst Indonesia
Kawasan Museum Karst Indonesia berkaitan
langsung dengan keberadaannya sebagai sumberdaya alam,baik hayati maupun
non-hayati. Oleh karena itu banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh
para warga di sekitar kawasan Museum Karst Indonesia, yaitu
Sumberdaya
Mineral
Batugamping
merupakan salah satu jenis sumber daya mineral yang kegunaan dan manfaatnya di
bidang industri sangat banyak.Mutu dan jumlah cadangannya masih membutuhkan
kajian-lanjut.Batugamping dapat dimanfaatkan mulai dari kegunaannya sebagai
bahan bangunan dan fondasi hingga industri peleburan saja.
Pengelolaan
Air
Beberapa
mata air yang terdapat di tekuk lereng bukit batugamping,yang muncul akibat
terpotongnya muka air tanah oleh bidang topografi,mempunyai debit yang cukup
besar.
Pertanian,perkebunan
dan kehutanan
Sebagaimana
umumnya daerah karst,tanah yang merupakan hasil pelapukan fisika dan kimia
batugamping umumnya tipis.Tanah berwarna coklat kemerahan atau coklat kehitaman
yang dikenal sebagai terra-rossa yang berukuran halus dan bersifat lempungan
umumnya mengisi lekuk-lekukdolina atau bentukan negatif lainnya yang
dikelilingi oleh bukit-bukit batugamping.Tebal terra-rossa berkisar antara 0
hingga maksimum 2 m.Sulitnya penduduk mencari lapisan tanah untuk dimanfaatkan
menjadi area pertanian menyebabkan dibudidayakannya sistem senggetan,yang
bertujuan menahan tanah supaya jangan tersangkut oleh air larian ( surface run-off
).
Perikanan
Budidaya
ikan air tawar yang dilakukan oleh penduduk kars dengan menmanfaatkan
telaga-telaga kars yang bersifat tetap ( berair sepanjang tahun ).Selain itu
mereka juga membuat kolam-kolam di sekitar rumah.
Karena
jumlah ikan yang ditebar ditelaga jauh lebih banyak dibanding usaha sejenis di
kolam-kolam budidaya,sehingga produksi ikan telaga pun jumlahnya lebih
besar.Budaya mina-padi belum dikembangkan di daerah ini.Jenis ikan yang
dibudidayakan antara lain tawes,tombro,mujair,nila,gurame dan lele.Karena
kecepatan perkembang-biakannya yang lebih dibanding jenis ikan lainnya,mujair
merupakan pilihan pertama penduduk.
Pariwisata
Kegiatan
dan usaha pariwisata di Kawasan Kars memanfaatkan unsur estetika ( keindahan
),keunikan dan kelangkaan yang dimiliki oleh gejala ekso dan endokars yang
ada.Sebagai suatu bentang alam,proses pembentukan kars tidak dapat lepas dari
keadaan geologi batugamping sepanjang ruang dan waktu yang tersedia.Di masa
mendatang,kemasan inilah yang nantinya akan dijadikan dasar penciptaan atau
penganekaragaman objek wisata yang berbasis pada alam.
Budidaya
Walet Gua
Lubang-lubang
hasil pelarutan batugamping pada kawasan kars banyak dihuni berbagai jenis
burung seperti kapinis ( Hirundo ),seriti ( Collocalia ) dan Walet ( Aerodramus
).dua marga burung yang diesut terakhir dikenal memiliki nilai ekonomi,yaitu
dari sarang yang dihasilkannya.
Lebih jelas lagi tentang museum karst:
Museum Karst diresmikan pada 30 Juni
2009 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian museum kars tersebut dilakukan
oleh Wakil Bupati Wonogiri, Y Soemarmo, yang mewakili Bupati. Hadir juga
dalam kesempatan itu, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, R Sukhyar.
Bersamaan
dengan itu, dilakukan penandatanganan naskah kerja sama pemanfaatan kawasan
karst sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan informasi. Dalam sambutannya,
Sukhyar menjelaskan, kawasan karst adalah fenomena alam yang terlihat dari
bentuk alam yang unik sebagai hasil dari proses pelarutan batuan karbonat, yang
kebanyakan didominasi batuan gamping.
“Ciri
utama kawasan seperti ini bisa dilihat dengan keberadaan topografi daerah yang
berbentuk menara dan kerucut serta ditemukan banyak gua dengan stalaktit dan
stalakmit. Selain itu kawasan ini banyak terdapat sungai bawah tanah dan banyak
sumber mata air. Oleh karena itu, kawasan seperti ini bisa dikembangkan menjadi
objek wisata alam,” katanya.
Konsekuensi yang timbul,
kawasan karst perlu dikonservasi agar keberadaannya tetap terjaga. Dengan kata
lain, harus dihindari keberadaan kawasan karst sebagai aset ekonomi justru
merusak kawasan itu sendiri.
Museum karst senilai Rp 19 miliar yang
mulai dibangun 2 Juli 2008, dibiayai dengan dana dari pusat, provinsi, dan
sebagian dari APBD. Kawasan museum tersebut berdiri di atas lahan seluas 29,86
hektare. Sementara khusus bangunan museum dengan tiga lantai itu seluas 2,2
hektare. Sisanya untuk kawasan parkir dan jalan menuju museum dari jalan raya